Kamis, 13 Mei 2010

pupuk dan pemupukan

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah memilikiarti arti yang sanagat penting bagi kehidupan umat manusia. Seluruh umat manusia secara langsung maupun tidak langsung bergantung pada pengelolaan tanah. Peradaban besar hamper selalu memiliki tanah yang baik sebagai sumber daya alam. Tidak seorang pun yang dapat memandang ringan peranan tanah sebagai media pertumbuhan tanaman, karena dari tanaman dihasilkan bahan makanan, pakaian dan papan bagi umat manusia.
Tanah sebagai media tumbuh tanaman mempunyai fungsi menyediakan air, udara dan unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman, namun kemampuan tanah menyediakan unsur hara sangat terbatas. Hal ini terbukti dengan pemakaian tanah yang terus menerus secara intensif tanpa penambahan unsur hara mengakibatkan merosotnya produktifitas tanah, menurunkan hasil panen, dan rusaknya sifat fisik, kimiawi dan biologi tanah.
Kesuburan tanah atau terkandungnya unsur hara pada alpisan permukaan tanah (top soil) selain dapat menjamin karena pemupukan, juga karena dalam tanah berlangsung proses-proses dalam pembentukan tanah, yang dalam hal ini sangat berperan faktor-faktor iklim, jasad hidup (hewani), bahan-bahan induk lainnya, sehingga segala unsur hara yang terangkut tanaman ketika panen segera diganti atau dipenuhi oleh sejumlah pupuk yang diberikan dan zat-zat hasil pemupukan bahan induk tanah.
Pemberian pupuk kedalam tanah akan meningkatkan kandungan unsur hara di dalam tanah yang dapat segera diserap akar tanaman, namun demikian pemberian pupuk itu mempengaruhi kondisi tanah. Hal itu terjadi karena pengaruh dari sifat-sifat, macam atau jenis pupuk yang diberikan. Setiap pupuk yang ditambahkan kedalam tanah akan mengalami berbagai macam reaksi.
Kekurangan unsur hara N, P, K, Mg, dan Ca dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat terjadi karena hara-hara tersebut diperlukan dalam tanaman untuk menghasilkan nutrisi untuk pertumbuhannnya. Hal ini dapat terlihat seperti tanaman menjadi kerdil, menguning layu, dan paling parah menyebabkan kematian tanaman.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tanaman jagung membutuhkan tanah yang subur dan gembur karena memerlukan drainase dan aerasi yang baik. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asalkan dapat pengelolaan yang baik
Berdasarkan uraian diatas maka dianggap perlu melaksanakan praktikum Pupuk dan Pemupukan dengan indicator tanaman jagung untuk melihat gejala yang muncul pada tanaman jagung yang kekurangan salah satu unsure hara.



B. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh pupuk Nitrogen, Posfor, Kalium, daun gamal dan jerami terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays) serta faktor yang mempengaruhinya.
Kegunaan dari praktikum ini adalah sebagi bahan informasi dalam pengelolaan tanah sebagai media tumbuh tanaman melalui tingkat pemupukan.











II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah Alfisols
Tanah Alfiols adalah tanah dimana terdapat penimbunan liat dihorison bawah (argilik) dan mempunyai kejenuhan basa (berdasarkan jumlah kation) yang tertinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 150 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun dari horison bawah ini berasal dari horison diatasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air (Hardjowigeno, 2003)
Tanah Alfisols terbentuk pada daerah beriklim hujan C, D dan E dengan curah hujan antara 800-2500 mm/tahun, berbahan induk batu kapur, endapan tuff vulkan, topografi berombak sampai berbukit. Jenis tanah ini tersebar pada ketinggian 0-400 m diatas permukaan laut (Soepraptohardjo, 1969)
Alfisol ditemukan di daerah-daerah datar sampai berbukit. Proses pembentukan Alfisol di lowa memerlukan waktu 5000 tahun karena lambatnya proses akumulasi liat untuk membentuk horison argilik. Alfisol terbentuk di bawah vegetasi hutan berdaun lebar (deciduous). Bahan organik tidak tercampur terlalu dalam bahan-mineral, karena akar-akar halus tanaman hutan tidak terlalu banyak masuk ke dalam tanah seperti daerah padang rumput. Bahan organik yang terdapat di permukaan tanah dicampur dengan bahan mineral oleh cacing atau hewan-hewan lain, pada kedalaman 2-10 cm, sehingga terbentuk lapisan mull (horison A) (Hanafih, 2005).

Daya menahan air dan permeabilitas sedang, kepekaan terhadap erosi sedang sampai besar, serta air pada keadaan ini merupakan faktor pembatas secara umum sifat fisiknya sedang sampai baik, sifat kimianya baik, sehingga nilai prokduktivitas tanahnya sedang samapai tinggi. Pada umumnya Alfisols adalah tanah yang sangat produktif. kandungan basa yang sedang sampai yang besar itu umumnya menghasilkan tanaman yang cukup besar (Sarief, 1986)

2.2 Pupuk dan pemupukan
2.2.1. Jenis dan Sifat Pupuk
2.2.1.1. Pupuk Urea (Mengandung Hara Nitrogen)
Sumber utama nitrogen adalah nitrogen bebas (N2) di atmosfer, yang takarannya mencapai 78% volume, dan sumber lainnya senyawa-senyawa yang tersimpan dalam tubuh jasad. Nitrogen sangat jarang ditemui karena sifatnya yang mudah larut dalam air (Poerwowidodo, 1992).
Nitrogen diserap oleh tanaman sebagai NO3- dan NH4+ kemudian dimasukkan ke dalam semua gas amino dan Protein (Indrana, 1994). Ada juga bentuk pokok nitrogen dalam tanah mineral, yaitu nitrogen organik, bergabung dengan humus tanah nitrogen amonium dapat diikat oleh mineral lempung tertentu, dan amonium anorganik dapat larut dan senyawa nitrat (Buckman dan Brady, 1992).

Nitrogen yang tersedia tidak dapat langsung digunakan, tetapi harus mengalami berbagai proses terlebih dahulu. Pada tanah yang immobilitasnya rendah nitrogen yang ditambahkan akan bereaksi dengan pH tanah yang mempengaruhi proses nitrogen. Begitu pula dengan proses denitrifikasi yang pada proses ini ketersediaan nitrogen tergantung dari mikroba tanah yang pada umumnya lebih menyukai senyawa dalam bentuk ion amonium daripada ion nitrat (Jumin, 1992).
Peranan utama nitrogen (N) bagi tanaman jagung adalah merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Selain itu, nitrogen pun berperan penting dalam pembentukan zat hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis (Lingga dan Marsono, 2000).
Kekahatan atau defisiensi nitrogen menyebabkan proses pembelahan sel terhambat dan akibatnya menyusutkan pertumbuhan. Selain itu, kekahatan senyawa protein menyebabkan kenaikan nisbah C/N, dan kelebihan karbohidrat ini akan meningkatkan kandungan selulosa dan lignin. Ini menyebabkan tanaman jagung yang kahat akan nitrogen tampak kecil, kering, tidak sekulen, dan sudut daun terhadap batang sangat runcing (Poerwowidodo, 1992).
Salah satu bentuk pupuk N yang banyak digunakan adalah urea (CO(NH2)2). Urea dibuat dari gas amoniak dan gas asam arang. Persenyawaan kedua zat ini malahirkan pupuk urea dengan kandungan N sebanyak 46% (Lingga dan Marsono, 2002).
Urea termasuk pupuk yang higroskopis (mudah menarik uap air). Pada kelembaban 73%, pupuk ini sudah mampu menarik uap air dan udara. Oleh karena itu urea mudah larut dan mudah diserap oleh tanaman (Lingga dan Marsono, 2002).

2.2.1.2 Pupuk SP36 (Mengandung Unsur Fospor)
Ketersediaan fosfor dalam tanah ditentukan oleh banyak faktor tetapi yang paling penting adalah pH tanah. Pada tanah yang ber pH rendah (masam), fosfor akan bereaksi dengan ion besi (Fe) dan alumunium (Al). Reksi ini akan membentuk besi fosfat atau alumunium fosfatyang sukar larut di dalam air sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman. Pada pH tanah yang tinggi (basa), fosfor akan bereaksi dengan ion kalsium. Reaksi ini akan membentuk kalium fosfat yang sifatnya sukar larut dan tidak dapat digunakan oleh tanaman. Dengan demikian tanpa memperhatikan pH tanah, pemupukan fosfor tidak akan berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman (Novizan, 2002)
Fosfor dapat berpengaruh menguntungkan pada pembelahan sel dan pembentukan lemak serta albumin, pembungaan dan pembuahan, termasuk proses pembentukan biji, perkembangan akar, khususnya akar lateral dan akar halus berserabut, kekuatan batang, dan ketebalan tanaman terhadap penyakit tertentu (Bucmank and Brady, 1992)


Gejala kekurangan P pada tanaman jagung dapat menjadikan pertumbuhan terhambat (kerdil), daun-daun/malai menjadi ungu atau coklat mulai dari ujung daun, dan juga pada jagung akan menyebabkan tongkol jagung menjadi tidak sempurna dan kecil-kecil (Hadjowigeno, 2003)

2.2.1.3 Pupuk KCl (Mengandung Hara K)
Kalium dibutuhkan oleh tanaman jagung dalam jumlah paling banayak dalam jumlah paling banyak dibanding N dan P. Pada fase pembungaan, akumulasi hara K telah mencapai 60-75% dari kebutuhannya. Jika K kurang, gejalanya sering terlihat sebelum pembungaan yaitu pinggiran dan ujung daun menguning sampai kering. Hal ini terlihat terutama pada daun bawah. Pembentukan tongkol terpengaruh ujung tongkol bagian atas tidak penuh berisi biji tidak melekat secara kuat pada tongkol (Anonim, 2009)
Tanaman menyerap kalium dalam bentuk K+ (umumnya pada tanaman muda). Kalium dijumpai dalam tanah dengan jumlah yang sangat kecil. Berbeda dengan unsur lainnya kalium tidak dijumpai dalam bahan atau bagian tanaman seperti protoplasma, lemak dan glukosa. Kemampuan tanah untuk menyediakan kalium dapat diketahui dari susunan mineral yang terdapat dalam tanah. Namun, umumnya mineral leusit dan biotit yang merupakan sumber langsung dalam kalium bagi tanaman (Soepardi, 1998)


2.2.1.4 Gamal
Gamal (Gliricidia sepium) adalah nama sejenis perdu dari kerabat polong-polongan (suku Fabaceae alias Leguminosae). Sering digunakan sebagai pagar hidup atau peneduh, perdu atau pohon kecil ini merupakan salah satu jenis leguminosa multiguna yang terpenting setelah lamtoro (Leucaena leucocephala). Gamal terutama ditanam sebagai pagar hidup, peneduh tanaman (kakao, kopi, teh), atau sebagai rambatan untuk vanili dan lada. Perakaran gamal merupakan penambat nitrogen yang baik. (Anonim, 2010)
Tanaman ini berfungsi pula sebagai pengendali erosi dan gulma terutama alang-alang. Namanya dalam bahasa Indonesia, gamal, merupakan akronim dari: ganyang mati alang-alang. Bunga-bunga gamal merupakan pakan lebah yang baik, dan dapat pula dimakan setelah dimasak.Daun-daun gamal mengandung banyak protein dan mudah dicernakan, sehingga cocok untuk pakan ternak, khususnya ruminansia. Daun-daun dan rantingnya yang hijau juga dimanfaatkan sebagai mulsa atau pupuk hijau untuk memperbaiki kesuburan tanah. (anonym, 2010)

2.2.1.5 Jerami
Padi atau tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah. Dengan bantuan energi dari sinar matahari, hara dari dalam tanah ditambah dengan CO2 dari udara ini diubah menjadi senyawa komplek untuk membentuk batang, daun, dan bulir-bulir padi/beras. Padi/beras akan dipanen dan dibawa ke tempat lain, sedangkan jerami sisa-sisa panen umumnya dibakar. Jerami yang dihasilkan dari sisa-sisa panen sebaiknya jangan dibakar, tetapi diolah menjadi kompos dan dikembalikan lagi ke tanah. Kompos jerami ini secara bertahap dapat menambah kandungan bahan organik tanah, dan lambat laun akan mengembalikan kesuburan tanah.(Anonim, 2010)
Jerami padi merupakan sumber hara untuk tanah yang sangat potensial, namun masih mengandung kadar karbon (C) dan nitrogen (N) yang cukup tinggi sehingga kadar ratio C/N cukup tinggi pula yaitu sekitar 70. Sedangkan untuk pupuk organik yang baik dan optimal, diusahakan kdar C/N sekitar 11 – 25. Untuk itu sebaiknya.
dilakukan proses penurunan kadar C/N terlebih dahulu dengan proses perombakan C dan N oleh mikroba melalui proses fermentasi aerobik maupun anaerobik. (Anonim, 2009).
Jerami ternyata menyimpan potensi. Selain untuk makanan ternak, limbah pertanian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber biomasa dalam pembuatan kompos. Jerami merupakan sumber hara kalium yang sangat murah dan dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk organik untuk penanaman padi musim berikutnya. Salah satu limbah pertanian yang jumlahnya cukup besar dan tersebar di Indonesia adalah limbah jerami padi. Potensi limbah padi jerami sampai saat ini sekitar sebesar 5 ton/ton padi. Bahkan dikatakan pula setara dengan produksi gabah per hektar. Apabila produksi gabah 5-7 ton per hektar maka potensi jerami juga sekitar 5-7 ton per hektar (Anonim,2009).

2.2.2 Aplikasi Pemupukan
Ilmu pemupukan adalah ilmu yang bertujuan menyelidiki tentang zat-zat apakah yang perlu diberikan kepada tanah sehubungan dengan kekurangan zat-zat tersebut yang terkandung di dalam tanah yang perlu, guna pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam rangka produksinya agar tercapai hasil yang tinggi. Dalam pengertian yang diberikan sudah cukup perlakuan-perlakuan yang harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum zat-zat itu diberikan /ditambahkan kedalam tanah. Perlakuan-perlakuan tersebut antara lain :
a. Berupa penyelidikan tentang zat apa yang kurang, berapa besarnya kekurangan itu, bagaimana perbandingannya dan kapan waktu pemberiannya.
b. Berupa penyelidikan tentang pengaruh yang tidak langsung atau pengaruh apa yang akan timbul pada bagian-bagian atau sifat-sifat tanah, serta tanaman-tanaman yang akan dibudidayakan sehubungan dengan pemberian/penambahan zat-zat tersebut kedalam tanah.
Perlakuan-perlakuan tersebut merupakan bagian yang terpenting dalam ilmu pemupukan. Sebab pemberian zat yang salah, pemberian yang berlebihan atau serba kurang dan pemberian zat yang tidak tepat pada waktunya tentu akan menimbulkan akibat-akibat yang fatal atau sangat merugikan, seperti kematian tanaman yang dibudidayakan, timbulnya gejala-gejala penyakit tanaman yang baru, kerusakan fisik tanah (Sutejo, 2002)
Pemberian pupuk kedalam tanah akan meningkatkan kandungan unsur hara di dalam tanah yang dapat segera diserap akar tanaman, namun demikian pemberian pupuk itu mempengaruhi kondisi tanah. Hal itu terjadi akibat pengeruh dari sifat-sifat, macam atau jenis pupuk yang diberikan. Setiap pupuk yang ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami berbagai macam reaksi. Reaksi-reaksi tersebut akan berpengaruh terhadap sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Pemupukan berarti cara-cara atau metode serta usaha-usaha yang dilakukan dalam pemberian pupuk atau unsur hara ke tanah atau tanaman yang sesuai yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman normal. (Hasibuan, 2006)

2.3 Tanaman Jagung
2.3.1 Fisiologi dan Klasifikasi Jagung
Berdasarkan hasil penulusuran http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung bahwa klasifikasi dan keadadan fisiologi tanaman jagung yaitu :
Klasifikasi tanaman jagung yaitu:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Graminae
Family : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini. Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman (Wikipedia,2009)
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin. (wikipedia, 2009)
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.(Anonim, 2009)

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik.(Anonim,2009)
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis tidak mampu memproduksi pati sehingga bijinya terasa lebih manis ketika masih muda.(Anonim, 2009)


2.3.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung
Jagung (Zea mays) dapat tumbuh pada daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropics. Jagung dapat tumbuh pada daerah yang terletak antara 0 – 50o LU sampai 0 – 40o LS. Temperatur yang dikendaki antara 21oC sampai 30oC dan temperatur optimum antara 23oC hingga 27oC pada ketinggian 1000m hingga 1800dpl. Tanah dengan kemiringan lereng tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami jagung (Suprapto, 2005)
Tanaman jagung membutuhkan tanah yang subur dan gembur karena memerlukan drainase dan aerasi yang baik. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asalkan dapat pengelolaan yang baik. Tanah dengan tekstur lempung berdebu adalah tanah yang baik untuk pertumbuhan jagung. Tanah yang bertekstur liat masih dapat ditanami jagung bila pengelolaan tanah dikerjakan secara optimal sehingga aerase dan ketersediaan air dalam tanah berada dalam kondisi tersedia bagi tanaman. Tingkat kemasaman (pH) yang baik bagi tanaman ini antara 5,6 – 7,5 dan berkaitan erat dengan ketersediaan unsur hara dalam tanah (Suroto dkk., 1998)
Tanaman jagung membutuhkan air cukup terutama pada awal pertumbuhannya, yaitu stadia pembungaan dan pengisian biji. Curah hujan optimal antara 85 mm hingga 100 mm per bulan dan merata sepanjang tahun (Suprapto, 2005).

Jagung kebanyakan ditanam di dataran rendah baik di tegalan, sawah tadah hujan, maupun sawah irigasi. Sebahagian terdapat juga di daerah pegunungan pada ketinggian 1000-1800 meter di atas permukaan laut. Tanah-tanah yang dikehendaki adalah gembur dan subur, karena tanaman jagung memerlukan aerasi dan drainase yang baik. Jagung dapat tumbuh dengan baik pada berbagai macam tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tanah-tanah berat masih dapat ditanami jagung dengan pengerjaan tanah lebih sering selama pertumbuhannya, sehingga aerase dalam tanah berlangsung dengan baik. Air tanah yang berlebihan dibuang melalui saluran drainase yang dibuatdisekitar barisan jagung. Kemasaman tanah (pH) yang terbaik untuk jagung adalah sekitar 5,5-7. Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah, dengan maksud untuk mencegah erosi yang terjadi pada waktu turun hujan besar. Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian dari sinar matahari dan curah hujan, temperature, kelembaban dan angin. Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup dan jangan terlindung oleh pohon-pohonan atau bangunan. Bila tidak terdapat penyinaran dari matahari hasilnya akan berkurang. (Djainuddin, 2000).





III. METODE PERCOBAAN
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Pupuk dan Pemupukan dilaksanakan di belakang Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar. Yang berlangsung dari bulan Maret – Mei 2010.

3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul, skop, mistar, timbangan, alat tulis menulis. Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sampel tanah Alfisols, polibag, benih jagung (Zea mays), air, kertas label, pupuk urea, KCl, SP36, daun gamal dan jerami.

3.3 Metode Praktikum
1. Mengambil tanah lapisan top soil dengan menggunakan cangkul dan sekop
2. Tanah yang telah diambil lalu dihaluskan dan dikering udarakan
3. Menyiapkan polybag 5 kg sebanyak 30 buah.
4. Mengisi masing-masing polibag dengan 5 kg tanah
5. Melakukan penyiraman sampai tanah pada keadaan jenuh
6. Menyiapkan pupuk, daun gamal, dan jerami serta menimbang pupuk yang akan digunakan
7. Mencampur pupuk, daun gamal dan jerami dengan tanah pada polibag sesuai dengan dosis yang ditentukan
8. Menyiapkan benih jagung (Zea mays) yang akan digunakan namun sebelum ditanam benih terlebih dahulu direndam selama 1 X 24 jam
9. Meletakkan 3 biji benih didalam tanah pada polibag
10. Setelah penanaman dilakukan maka dilakukan penyiraman dan pemeliharaan tanaman.

3.4 Perlakuan
Adapun perlakuan yang diberikan terhadap tanaman jagung (Zea mays) pada praktikum kali ini dengan pengulangan sebanyak 3 kali adalah sebagai berikut :
• -N-P-K (Kontrol)
• +N+P+K
• -N+P+K
• +N-P+K
• +N+P-K
• +N-P-K
• -N+P-K
• -N-P+K
• Penambahan Jerami
• Penambahan Daun Gamal

3.5 Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan tanaman jagung (Zea Mays) pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
• Tinggi Tanaman
• Jumlah Daun
• Berat Segar Tanaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar